Sebagai seseorang yang bekerja di bidang jasa, dimana hampir bisa dibilang tidak ada produk yang ditawarkan. Seringkali saya mengalami dibedakan dengan seseorang yang mempunyai bisnis retail ( menjual barang ).
Bekerja sebagai desainer grafis, dimana apresiasi masyarakat masih rendah, seringkali kurang begitu dihargai dibanding jika saya datang menjual barang.
Kebanyakan orang menganggap pekerjaan desainer khususnya wilayah grafis adalah pekerjaan yang sangat mudah. Modalnya pun ringan, cukup bisa corel, photoshop. Dengan software yang meminjam dari teman dan komputer dengan spek rumahan sudah cukup untuk menjadi desainer.
Dan faktanya banyak orang2 yang bisa menjadi desainer dengan belajar hanya dari buku-buku komputer yang dengan mudah didapat di toko-toko buku. Beberapa saya akui cukup berhasil, karena mereka yang berhasil walau tidak sekolah, mereka mempelajarinya dengan peluh dan keringat yang banyak.
Sebagian besar lagi adalah desainer karbitan, yang merasa dengan bisa corel dan photoshop sudah bisa dianggap sebagai desainer.
Kondisi tersebut menjadi bumerang bagi desainer yang benar-benar belajar mati-matian, dari mulai sekolah, ikut seminar, membeli buku teori seputar desain, dan berbagai hal lain untuk membuat diri mereka tetap kreatif.
Akibatnya secara bisnis, pekerjaan desainer terutama yang freelance seringkali kurang begitu dihargai. Apalagi kalo klien yang memesan adalah teman dekat. Efeknya adalah jikalau teman tersebut tidak mengerti bagaimana mengapresiasi pekerjaan ini mungkin akan segera cemberut ketika diberikan harga untuk jasa desain yang diminta. Dengan beralasan bahwa pekerjaan tersebut sangat mudah, kadang klien yang notabene teman tersebut akan segera cemberut dan membuat pertemanan seakan runyam.
Jadinya saya terus berpikir, apa yang salah? ternyata paradigma orang-orang aj yang belum terlalu mengerti tentang pekerjaan yang satu ini. Padahal desainer bekerja siang malam untuk mengangkat image kliennya, sedang mereka tidak sempat untuk mengangkat image desainer itu sendiri.
Saya juga mendapati ternyata hampir semua pekerjaan itu pada dasarnya adalah jasa. Mau pekerjaan retail sekalipun sebenarnya adalah pekerjaan jasa. Pabrik mobil jasanya ya mengubah besi dan bahan-bahannya menjadi sebuah mobil. Sebuah toko, jasanya ya mendistribusikan barang hingga sampai ke tangan pembeli.
Jadi inget sebuah profesi sederhana, yaitu tukang nasi goreng. Memang tidak terlalu sulit untuk membuat nasi goreng. Bahannya sangat sederhana dan mudah didapat. Lucunya masih aja ada orang yang hendak membeli nasi goreng, biar murah, dia bawa nasi, telor sendiri.
"Maaf mba, saya tukang nasi goreng profesional, kenapa mba ga sekalian bawa kompor, kecap, daging, bumbu, penggorengan, dan gerobak sendiri?Nanti saya yang ngaduk2nya deh GRATIS..." - ahmad dhandan
Bekerja sebagai desainer grafis, dimana apresiasi masyarakat masih rendah, seringkali kurang begitu dihargai dibanding jika saya datang menjual barang.
Kebanyakan orang menganggap pekerjaan desainer khususnya wilayah grafis adalah pekerjaan yang sangat mudah. Modalnya pun ringan, cukup bisa corel, photoshop. Dengan software yang meminjam dari teman dan komputer dengan spek rumahan sudah cukup untuk menjadi desainer.
Dan faktanya banyak orang2 yang bisa menjadi desainer dengan belajar hanya dari buku-buku komputer yang dengan mudah didapat di toko-toko buku. Beberapa saya akui cukup berhasil, karena mereka yang berhasil walau tidak sekolah, mereka mempelajarinya dengan peluh dan keringat yang banyak.
Sebagian besar lagi adalah desainer karbitan, yang merasa dengan bisa corel dan photoshop sudah bisa dianggap sebagai desainer.
Kondisi tersebut menjadi bumerang bagi desainer yang benar-benar belajar mati-matian, dari mulai sekolah, ikut seminar, membeli buku teori seputar desain, dan berbagai hal lain untuk membuat diri mereka tetap kreatif.
Akibatnya secara bisnis, pekerjaan desainer terutama yang freelance seringkali kurang begitu dihargai. Apalagi kalo klien yang memesan adalah teman dekat. Efeknya adalah jikalau teman tersebut tidak mengerti bagaimana mengapresiasi pekerjaan ini mungkin akan segera cemberut ketika diberikan harga untuk jasa desain yang diminta. Dengan beralasan bahwa pekerjaan tersebut sangat mudah, kadang klien yang notabene teman tersebut akan segera cemberut dan membuat pertemanan seakan runyam.
"Ah, masa logo sesimpel itu musti bayar seh, kan cuma otak atik di komputer doank?yaud saya minta file corelnya deh, tar diedit sama ponakan saya yang masih smp."
cek video dibawah, obrolannya persis kaya gitu
Jadinya saya terus berpikir, apa yang salah? ternyata paradigma orang-orang aj yang belum terlalu mengerti tentang pekerjaan yang satu ini. Padahal desainer bekerja siang malam untuk mengangkat image kliennya, sedang mereka tidak sempat untuk mengangkat image desainer itu sendiri.
Saya juga mendapati ternyata hampir semua pekerjaan itu pada dasarnya adalah jasa. Mau pekerjaan retail sekalipun sebenarnya adalah pekerjaan jasa. Pabrik mobil jasanya ya mengubah besi dan bahan-bahannya menjadi sebuah mobil. Sebuah toko, jasanya ya mendistribusikan barang hingga sampai ke tangan pembeli.
Jadi inget sebuah profesi sederhana, yaitu tukang nasi goreng. Memang tidak terlalu sulit untuk membuat nasi goreng. Bahannya sangat sederhana dan mudah didapat. Lucunya masih aja ada orang yang hendak membeli nasi goreng, biar murah, dia bawa nasi, telor sendiri.
"Maaf mba, saya tukang nasi goreng profesional, kenapa mba ga sekalian bawa kompor, kecap, daging, bumbu, penggorengan, dan gerobak sendiri?Nanti saya yang ngaduk2nya deh GRATIS..." - ahmad dhandan
Komentar
Posting Komentar